Total Tayangan Halaman

Rabu, 28 Desember 2011

laporan praktikum


JUDUL : TITRASI PENETRALAN DAN APLIKASI
TUJUAN
1.      Membuat dan menentukan standarisasi larutan basa
2.      Menentukan kadar asam sitrat dalam air jeruk

DASAR TEORI
Titrasi Penetralan (asidi – alkalimetri)
Reaksi asam -basa adalah reaksi yang terjadi antara larutan asam dengan larutan basa, hasil reaksi ini dapat bersifat netral disebut juga reaksi penetralan asam basa tergantung pada larutan yang direaksikan. Larutan yang direaksikan ini salah satunya disebut larutan baku. Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat dan dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan lain. Larutan baku ada dua yaitu larutan baku primer dan larutan baku sekunder.
Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima proton (basa).
H+ + OH-  H2O
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam, sebaliknya alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa.
Untuk menetapkan titik akhir pada proses netralisasi ini digunakan indikator. Menurut W. Ostwald, indikator adalah suatu senyawa organik kompleks dalam bentuk asam (Hin) atau dalam bentuk basa (InOH) yang mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang berbeda dan dapat saling berubah warna dari bentuk satu ke bentuk yang lain ada konsentrasi H+ tertentu atau pada pH tertentu.
Jalannya proses titrasi netralisasi dapat diikuti dengan melihat perubahan pH larutan selama titrasi, yang terpenting adalah perubahan pH pada saat dan di sekitar titik ekuivalen karena hal ini berhubungan erat dengan pemilihan indikator agar kesalahan titrasi sekevil-kecilnya.


Larutan baku primer adalah larutan baku yang konsentrasinya dapat ditentukan dengan jalan menghitung dari berat zat terlarut yang dilarutkan dengan tepat. Larutan baku primer harus dibuat dengan:
a.       Penimbangan dengan teliti menggunakan neraca analitik
b.      Dilarutkan dalam labu ukur
Bahan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan membuat larutan standar primer harus memenuhi tiga persyaratan berikut:
a.       Benar-benar ada dalam keadaan murni dengan kadar pengotor 
b.      Stabil secara kimiawi, mudah dikeringkan dan tidak bersifat higroskopis.
c.       Memiliki berat ekivalen besar, sehingga meminimalkan kesalahan akibat penimbangan.
Pada percobaan kali ini larutan yang digunakan sebagai larutan baku primer adalah H2C2O4. 2H2O (asam oksalat). Asam oksalat adalah zat padat , halus, putih, larut baik dalam air. Asam oksalat adalah asam divalent dan pada titrasinya selalu sampai terbentuk garam normalnya. .berat ekivalen asam oksalat adalah 63. Larutan baku sekunder adalah larutan baku yang konsentrasinya harus ditentukan dengan cara titrasi terhadap larutan baku primer. Pada percobaan kali ini larutan yang digunakan sebagai larutan baku sekunder adalah NaOH. Larutan NaOH tergolong dalam larutan baku sekunder yang bersifat basa. Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. NaOH bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbondioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. NaOH juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. NaOH tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non polar lainnya.
Indikator asam basa sebagai zat penunjuk derajat keasaman kelarutan adalah senyawa organik dengan struktur rumit yang berubah warnanya bila pH larutan berubah. Indikator dapat pula digunakan untuk menetapkan pH dari suatu larutan. Indikator merupakan asam lemah atau basa lemah yang memiliki warna cukup tajam, hanya dengan beberapa tetes larutan encer-encernya, indikator dapat digunakan untuk menetapkan titik ekivalen dalam titrasi asam basa ataupun untuk menentukan tingkat keasaman larutan. Pada percobaan kali ini indikator yang akan digunakan adalah indikator phenolphtalein atau sering disebut dengan indikator PP. Indikator PP memiliki warna asam tak berwarna, rentang pH perubahan warna antara 8,3 – 10,0  dan warna basa merah.

Aplikasi Titrasi Penetralan
Penentuan Kadar Asam Sitrat dalam Air Jeruk
Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun dan buah tumbuhan genus Citrus (jeruk-jerukan). Senyawa ini merupakan bahan pengawet yang baik dan alami, selain digunakan sebagai penambah rasa masam pada makanan dan minuman ringan. Dalam biokimia, asam sitrat dikenal sebagai senyawa antara dalam siklus asam sitrat yang terjadi di dalam mitokondria, yang penting dalam metabolisme makhluk hidup. Zat ini juga dapat digunakan sebagai zat pembersih yang ramah lingkungan dan sebagai antioksidan.
Asam sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran, namun ditemukan pada konsentrasi tinggi, yang dapat mencapai 8% bobot kering, pada jeruk lemon dan limau (misalnya jeruk nipis dan jeruk purut).
Rumus kimia asam sitrat adalah C6H8O7 (strukturnya ditunjukkan pada tabel informasi di sebelah kanan). Struktur asam ini tercermin pada nama IUPAC-nya, asam 2-hidroksi-1,2,3-propanatrikarboksilat.
Keasaman asam sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil COOH yang dapat melepas proton dalam larutan. Jika hal ini terjadi, ion yang dihasilkan adalah ion sitrat. Sitrat sangat baik digunakan dalam larutan penyangga untuk mengendalikan pH larutan. Ion sitrat dapat bereaksi dengan banyak ion logam membentuk garam sitrat. Selain itu, sitrat dapat mengikat ion-ion logam dengan pengkelatan, sehingga digunakan sebagai pengawet dan penghilang kesadahan air.
Pada temperatur kamar, asam sitrat berbentuk serbuk kristal berwarna putih. Serbuk kristal tersebut dapat berupa bentuk anhydrous (bebas air), atau bentuk monohidrat yang mengandung satu molekul air untuk setiap molekul asam sitrat. Bentuk anhydrous asam sitrat mengkristal dalam air panas, sedangkan bentuk monohidrat didapatkan dari kristalisasi asam sitrat dalam air dingin. Bentuk monohidrat tersebut dapat diubah menjadi bentuk anhydrous dengan pemanasan di atas 74 °C.
Secara kimia, asam sitrat bersifat seperti asam karboksilat lainnya. Jika dipanaskan di atas 175 °C, asam sitrat terurai dengan melepaskan karbon dioksida dan air.

ALAT DAN BAHAN

1.      Alat:
·         Buret
·         Erlenmeyer
·         Labu ukur 100mL
·         Pipet gondok 10mL
·         Tempat rol film
2.      Bahan:
·         Larutan NaOH ± 0,1 N
·         H2C2O4.2H2O
·         Indikator PP
·         Aquades
·         Air perasan jeruk nipis


CARA KERJA
            Standarisasi Larutan NaOH ±0,1 N dengan Asam Oksalat



            Penentuan Kadar Asam Sitrat dalam Air Jeruk

DATA PENGAMATAN

Tabel 1. Standarisasi larutan NaOH dengan Asam Oksalat
No
Skala Buret (±0,1 mL)
V NaOH (mL)
Konsentrasi NaOH (N)
Titrator
awal
akhir
1
0.0
8.4
8.4
0.1143
Diah Puri P
2
17.0
25.2
8.2
0.1170
Diah Puri P
3
0.0
8.4
8.4
0.1143
Diah Puri P

Tabel 2. Penentuan kadar asam sitrat dalam air jeruk nipis
No
Skala Buret (±0,1 mL)
V NaOH (mL)
Konsentrasi NaOH (N)
Titrator
awal
akhir
1
0.0
8.8
8.8
0.1152
Maulani Anies S
2
26.0
35.0
9.0
Diah Puri P
3
15.8
24.9
9.1
M.Chunaifi


ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1.      Standarisasi NaOH dengan Asam Oksalat
Standarisasi ini melibatkan larutan NaOH sebagai titran dengan konsentrasi ±0,1 N dan larutan asam oksalat sebagai larutan bakunya. Sebanyak 0,6000 g H2C2O4.2H2O dilarutkan dalam 100 mL air suling kemudian diambil sebanyak 10 mL untuk dititrasi. Titrasi dilakukan sebanyak tiga kali dan indikator yang digunakan adalah indikator PP.
Indikator PP digunakan dalam titrasi ini karena larutan yang terlibat adalah asam lemah dan basa kuat dimana pH ekivalen campuran keduanya adalah 7. Perubahan warna indikator yang terjadi menandai berhentinya proses titrasi (titik akhir titrasi) adalah merah muda.
Reaksi yang terjadi dalam proses ini adalah sebagai berikut
H2C2O4(aq) + 2NaOH(aq) → Na2C2O4(aq) + 2H2O(l)
Pada titrasi pertama diperlukan NaOH sebanyak 8,4 mL sehingga dapat ditentukan konsentrasi NaOH nya adalah sebesar 0,1143 N. Titrasi kedua memerlukan 8,2 mL NaOH dan dapat ditentukan konsentrasi NaOH nya, yakni sebesar 0,1170 N. Untuk titrasi ketiga diperlukan 8,4 mL NaOH sehingga konsentrasi NaOH yang ditemukan adalah 0,1143 N.
Berikut adalah perhitungan dari penentuan konsentrasi NaOH dengan asam oksalat
Diketahui:  




·         Standarisasi 1
·         Standarisasi 2

·         Standarisasi 3

Sehingga,
 

2.      Penentuan Kadar Asam Sitrat dalam Air Jeruk
Air jeruk yang digunakan dalam praktikum ini adalah perasan jeruk nipis sebanyak 10 gram. Air jeruk ini diencerkan sampai 100 mL dan diambil 10 mL setelah pengenceran untuk dititrasi dengan NaOH standar. Sama halnya dengan standarisasi NaOH, titrasi dilakukan tiga kali dan PP digunakan sebagai indikatornya.
Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna indikator yang semula tidak berwarna dalam larutan asam (air jeruk) menjadi merah muda.
Reaksi yang terjadi dalam proses ini adalah sebagai berikut
C6H8O7(aq) + 3NaOH(aq) → Na3C6H5O7(aq) + 3H2O(l)
Pada titrasi larutan jeruk yang pertama dibutuhkan NaOH standar sebanyak 8,8 mL, titrasi kedua membutuhkan NaOH standar sebanyak 9,0 mL, dan untuk titrasi ketiga diperlukan NaOH standar sebayak 9,1 mL. NaOH standar yang digunakan memiliki konsentrasi rata-rata sebesar 0,1152 N.
Melalui perhitungan didapatkan kadar asam sitrat dalam air jeruk rata-rata dari ketiga titrasi tersebut adalah 6,6%. Berikut adalah perhitungan kadar asam sitrat dalam air jeruk nipis
Diketahui : BM asam sitrat (C6H8O7) 
Massa C6H8O7
·         Titrasi 1
Mol ekivalen asam              Mol ekivalen basa


Mol C6H8O7 dalam labu ukur 100 mL

Kadar
·         Titrasi 2
Mol ekivalen asam              Mol ekivalen basa


Mol C6H8O7 dalam labu ukur 100 mL

Kadar

·         Titrasi 3
Mol ekivalen asam              Mol ekivalen basa



Mol C6H8O7 dalam labu ukur 100 mL
                         

Kadar

Sehingga,

KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1.      Larutan NaOH yang digunakan untuk titrasi penetralan memiliki konsentrasi rata-rata 0,1152 N
2.      Rata-rata kadar asam sitrat dalam air jeruk nipis yang digunakan adalah 6,6%. Nilai yang kami temukan tidak melebihi kadar asam sitrat dalam jeruk yang besarnya adalah 8% bobot kering pada jeruk nipis.








JAWABAN PERTANYAAN

Standarisasi
1.      Mengapa pada pembuatan larutan NaOH harus memakai air yang sudah dididihkan?
Tujuan menggunakan air yang mendidih yaitu untuk menghindari ledakan, sebab reaksi logam alkali (Na) bersifat eksoterm.Dan juga logam alkali (Na) mudah bereaksi dengan air.mudah bereaksi dengan air.

2.      Apakah beda antara:
a.       larutanbaku dan larutan standar?
b.      asidimetri dan alkalimetri?
Jawab:
a.      larutan baku: dimana larutan itu konsentrasinya diketahui dari hasil penimbangan dan pengenceran, konsentrasi ditentukan dari hasil perhitungan larutan standar: dimana larutan itu konsentrasinya sudah ditetapkan dengan akurat.
b.      asidimetri : dimana menitrasi larutan menggunakan larutan baku asam alkalimetri : dimana menitrasi larutan menggunakan larutan baku basa.

3.      Berikan alasan penggunaan indikator pada titrasi di atas!
Pada titrasi antara HCl dengan Na2CO3 menggunakan indikator metil-jingga karena titrasi tersebut antara asam kuat dengan basa lemah yang memiliki rentang pH 3,1-4,4. Pada umumnya indikator digunakan untuk menentukan titik equivalen atau titik akhir titrasi tepat pada pH tertentu.


Aplikasi
1.         1,2 gram sampel NaOH dan Na2CO3 dilarutkan dan dititrasi dengan 0,5N HCl dengan indikator pp. setelah penambahan 30 mL HCl larutan menjadi tidak berwarna. Kemudian indikator metil jingga ditambahkan dan dititrasi lagi dengan HCl. Setelah penambahan 5mL HCl larutan menjadi berwarna. Berapa prosentase Na2CO3 dan NaOH dalam sampel?
Diketahui: gr NaOH dan Na2CO3  = 1,2 gr
       NHCl                                  = 0,2 N
       V1 HCL                          = 30 mL
       V2 HCl                              = 5 mL
Ditanya : kadar Na2CO3 dan NaOH dalam sampel ?
Jawab    :
Pada campuran : NaOH + Na2CO3 , jika V1>V2
  mmol NaOH      = M (V1-V2)
  mmol Na2CO3    = M. V2
·             Kadar Na2CO3
mmolNa2CO3     = M.V2
  = 0,2 . 5
  = 1 mmol
  = 0,01 mol
·             Kadar NaOH
MmolNaOH       = M (V1 .V2)
  = 0,2 . (30-5)
  = 0,2 . 25
  = 5 mmol
  = 0,005 mol

2.         Pada pH berapa terjadi perubahan warna indikator pp?
Jawab: Pada rentang pH 8,0-9,6


DAFTAR PUSTAKA

Astawan, Made. 2008. Khasiat Warna-Warni Makanan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Day. R.A Underwood. A.L. 1986.Quantitative Analysis (fifth ed.).New York: Prentice Hall. (Terjemahan oleh A. Hadyana. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif (ed. Ke 5).Jakarta: Erlangga)
Harjadi, W. 1990.Ilmu Kimia Analitik Dasar (cetakan kedua). Jakarta: PT. Gramedia.
Poedjiastuti, Sri, dkk. 2011. Panduan Praktikum Kimia Analitik I: DDKA. Surabaya: Kimia FMIPA UNESA.
Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Edisi ke-5. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.




















LAMPIRAN

                     
Standarisasi NaOH

                   
Penentuan Kadar Asam Sitrat dalam Air Jeruk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar